Konsep Dasar Konseling
1.1 Definisi
konseling
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan membantu seseorang
mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan
jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. (Saifuddin, Abdul Bari
:2003)
Konseling kesehatan merupakan proses
pemberian bantuan kepada individu dalam upaya mengembangkan pemahaman dan
kemampuannya untuk merawat atau memelihara kesehatan diri dan lingkungannya
(seperti konseling reproduksi sehat kepada remaja cara-cara perawatan kesehatan
anak kepada ibu-ibu, serta pemberian informasi tentang memelihara lingkungan
hidup yang bersih dan sehat kepada para siswa di sekolah).
ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa “Konseling adalah
hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya.”
Proses pemberian
bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau
memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakte-fakta, harapan,
kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Proses melaui satu
orang membantu orang lain dalam komunikasi, dalam kondisi saling pengertian
bertujuan untuk membangun hubungan, orang yang mendapat konseling dapat
mengekspresikan pikiran dan perasaannya dengan cara tertentu sesuai dengan
situasi, melalui pengalaman baru, memandang kesulitan objektif sehingga dapat
menghadapi masalah dengan tidak terlalu cemas dan tegang. (SCA STEERING COOMUTE,
2003).
Dalam konseling
terlihat adanya pertalian dua orang individual yaitu konselor dan konseli
melalui serangkaian wawancara dalam serangkaian pertemuan. Wawancara merupakan
alat utama dalam keseluruhan konseling yang akan dilakukan.
1.2 Tujuan
konseling
Menurut Tyastuti (2008) tujuan konseling ada 3yaitu :
1. Pemecahan
masalah, meningkatkan efektifitas individu dalam pengambilan keputusan secara
tepat
2. Pemenuhan
kebutuhan, menghilangkan peresaan yang menekan atau mengganggu
3. Perubahan
sikap dan tingkah laku
1.3 Langkah-langkah
Konseling
Menurut Muhammad,S (2003) ada 3 langkah
pokok konseling yang harus dilaksanakan yaitu :
1. Pendahuluan,
kontak pengumpulan data klien untuk mencari tahu penyebabnya
2. Bagian
inti/pokok, mencari jalan keluar dan menentukan jalan keluar yang ahrus dipilih
3. Bagian
akhir, penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan dan merupakan tahap penutup
untuk pertemuan berikutnya.
1.4 Fungsi
konseling
Menurut
Mc.Leod (2006) fungsi konseling adalah :
1. Pencegahan
: mencegah timbulnya masalah kesehatan
2. Penyesuaian
: membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, kulturaldan
lingkungan.
3. Perbaikan
: perbaikan terjadi bila ada penyimpangan perilaku klien
4. Pengembangan
: meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan.
1.5 Hal
yang harus diperhatikan dalam konseling
Menurut Uripni (2003) hal yang harus diperhatikan
dalam konseling adalah :
1. Iklim
psikologis, suasana percakapan : iklim psikologis, tindakan, perilaku, sikap
dari orang lain yang mempunyai dampak terhadap diri kita. Contoh bidan otoriter
kepada klien sehingga menghasilkan feedback
negatif.
2. Sikap
konselor (bidan) menurut “Ronger”, yaitu:
a. Acceptance
(Menerima)
Konselor menunjukkan sikap
menerima, sehingga konseli tidak merasa ditolak, diacuhkan, didekte, tapi
melainkan konseli merasa bahwa ia diterima sebagai dirinya sendiri. Terima buka
dan apa adanya. Konselor memperhatikan tanpa pamrih, tanpa menguasai klien,
tulus dan iklas. Konselor harus menghargai konseli apapun yang dikatakan
konseli. Beri kesempatan pada klien untuk mengemukakan keluhan-keluhannya.
b. Sikap
tidak menilai
c. Sikap
percaya kepada konseli
3. Alam
pikiran dari konseli dilihat dari dalam diri konseli sendiri
4. Situasi
konseling, persamaan persepsi sampai mendapat pengertian
1.6 Teknik-teknik
dalam konseling
Teknik-teknik konseling yang lazim digunakan dalam
tahapan-tahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus
dikuasai oleh konselor (Walgito Bari, 2010) Antara lain :
1. Perilaku
Attending
Perilaku
attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak
mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat :
a. Meningkatkan
harga diri klien.
b. Menciptakan
suasana yang aman
c. Mempermudah
ekspresi perasaan klien dengan bebas.
2. Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk
merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan
untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending,
tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.
3. Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali
kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan
terhadap perilaku verbal dan non verbalnya.
4. Eksplorasi
Eksplorasi
adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini
penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri,
atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien
untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam.
5. Menangkap
Pesan (Paraphrasing)
Menangkap Pesan
(Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau initi
ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan
kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal :
adakah atau nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap konselor.
6. Pertanyaan
Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan
terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicara mengungkapkan
perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka
(opened question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata
tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien,
jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik
gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
7. Pertanyaan
Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling
tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu
dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya
atau Tidak atau dengan kata-kata singkat.
Tujuan pertanyaan
tertutup untuk :
a. Mengumpulkan
informasi
b. Menjernihkan
atau memperjelas sesuatu
c. Menghentikan
pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh.
8. Dorongan
minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal
adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa
yang telah dikemukakan klien.
9. Interpretasi
Yaitu teknik
untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada
teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan
rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil
rujukan baru tersebut.
10. Mengarahkan
(Directing)
Yaitu teknik
untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien
untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.
11. Menyimpulkan
Sementara (Summarizing)
Yaitu
teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan
semakin jelas.
1.7 Proses
konseling
Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan yaitu
:
1. Pembinaan
hubungan baik (Rapport) : pembinaan hubungan baik dimulai sejak awal pertemuan
dengan klien dan perlu dijaga seterusnya dengan:
a. Memberi
salam setiap pada awal pertemuan
b. Memperkenalkan
diri
c. Menciptakan
suasana nyaman dan aman
d. Memberikan
perhatian penuh pada klien (SOLER)
S :
Face Your Client Squarely (menghadap klien)
& smile/nod at client (senyum/ menganggukkan kepala
O :
Open and Non Judgemental Facial Expression (ekspresi muka menunjukkan siakap
terbuka dan tidak menilai)
L :
Lean Towards Client (tubuh condong kearah klien)
E :
Eye Contact in a Culturally – Acceptable Manner ( Kontak mata/ tatap mata
sesuai dengan cara yang diterima budaya setempat)
R :
Relexed and Friendly Manner ( Santai dan sikap bersahabat )
e. Bersabar
f. Tidak
memotong pembicaraan klien
2. Pengambilan
keputusan, pemecahan masalah dan perencanaan. Setelah mendapatkan dan
memberikan cukup informasi sesuai dengan masalah dan kondisi klien, konselor
membantu klien dalam memecahkan masalah yang dihadapi atau membuat perencanaan
untuk mengatasi masalah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan adalah :
a. Fisik
b. Emosional
c. Rasional
d. Praktikal
e. Interpersonal
f. Structural
3.
Menindaklanjuti pertemuan :
menindaklanjuti pertemuan, konseling dengan membuat rangkuman, merencanakan
pertemuan selanjutnya/merujuk klien
1.8 Faktor
penghambat konseling
Faktor penghambat dalam konseling antara lain :
1. Faktor
individual ketertarikan budaya merupakan faktor individual yang dibawa
seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari :
a. Faktor
fisik atau nkepekaan panca indra, usia dan seks;
b. Sudut
pandang terhadap nilai-nilai;
c. Faktor
sosial pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam
masyarakat, status sosial;
d. Bahasa
2. Faktor
yang berkaitan dengan interaksi
a. Tujuan
dan harapan terhadap komunikasi
b. Sikap
terhadap interaksi
c. Pembawaan
diri kepada orang lain
d. Sejarah
hubungan
3. Faktor
situasional
4. Kompetensi
dalam melakukan percakapan: komunikasi dikatakan efektif bila ada sikap
perilaku kompeten dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan
putusnya komunikasi adalah :
a. Kegagalan
informasi penting
b. Perpindahan
topik bicara
c. Tidak
lancar
d. Salah
pengertian
(Tyastuti, 2008)
1.9
Hasil pelayanan konseling
Menurut Tyastuti (2008)
harapan setelah dilaksanakan konseling adalah kemandirian klien dalam :
1. Peningkatan
kemampuan klien dalam mengenali masalah, merumuskan pemecahan masalah, menilai
hasil tindakan dengan tepat
2. Klien
mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah kesehatan
3. Klien
merasa percaya diri dalam menghadapi masalah
4. Munculnya
kemandirian dalam pemecahan masalah kesehatan
Konseling
merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk mebantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke
arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Tugas konselor adalah menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien.
Hubungan
dalam konseling bersifat interpersonal. Terjadi dalam bentuk
wawancara secara tatap muka antara konselor dan klien. Hubungan itu, melainkan
melibatkan semua unsur kepribadian yang meliputi: pikiran, perasaan,
pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan lain-lain. Dalam proses kedua
belah pihak hendaknya menunjukkan kepribadian yang asli. Hal ini dimungkinkan
karena konseling itu dilakukan secara pribadi dan hendaknya dalam suasana
rahasia.
wawancara secara tatap muka antara konselor dan klien. Hubungan itu, melainkan
melibatkan semua unsur kepribadian yang meliputi: pikiran, perasaan,
pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan lain-lain. Dalam proses kedua
belah pihak hendaknya menunjukkan kepribadian yang asli. Hal ini dimungkinkan
karena konseling itu dilakukan secara pribadi dan hendaknya dalam suasana
rahasia.
Menurut norma atau patokan yang
dipegang oleh Thorne, seseorang dikatakan berhasil dalam menjalani proses
konseling bila ia mampu mengungkapkan perasaan-perasaan dan
motif-motifnyacecara Lebih memadai. Dengan kriteria sebagai berikut:
-
Mampu mengatur dirinya sendiri dengan lebih baik
-
Memandang dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya
secara lebih realistis
-
Mampu berpikir lebih rasional dan logis
-
Mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang lebih
selaras dan konsisten yang satu dengan yang lain, mengatasi penipuan diri dengan meninggalkan
penggunaan berbagai mekanisme pertahanan diri
-
Menunjukkkan tanda-tanda lebih mampu mandiri dan
bertindak secara dewasa.
(Mashudi Farid, 2012).
Keefektifan
konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan
antara konselor dengan kliennya. Dilihat dari segi konselor, kualitas hubungan itu bergantung pada kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik konseling dan kualitas pribadinya.
antara konselor dengan kliennya. Dilihat dari segi konselor, kualitas hubungan itu bergantung pada kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik konseling dan kualitas pribadinya.
Dari seluruh
pengertian konseling yang ada dapat disimpulkan
bahwa yang menjadi tujuan konseling adalah “mengadakan perubahan perilaku
pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan.”