Rabu, 12 Juni 2013

Konseling



Konsep Dasar Konseling
1.1 Definisi konseling
Konseling merupakan  proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. (Saifuddin, Abdul Bari :2003)
Konseling kesehatan merupakan proses pemberian bantuan kepada individu dalam upaya mengembangkan pemahaman dan kemampuannya untuk merawat atau memelihara kesehatan diri dan lingkungannya (seperti konseling reproduksi sehat kepada remaja cara-cara perawatan kesehatan anak kepada ibu-ibu, serta pemberian informasi tentang memelihara lingkungan hidup yang bersih dan sehat kepada para siswa di sekolah).
ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa “Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya.”
Proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakte-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien.
Proses melaui satu orang membantu orang lain dalam komunikasi, dalam kondisi saling pengertian bertujuan untuk membangun hubungan, orang yang mendapat konseling dapat mengekspresikan pikiran dan perasaannya dengan cara tertentu sesuai dengan situasi, melalui pengalaman baru, memandang kesulitan objektif sehingga dapat menghadapi masalah dengan tidak terlalu cemas dan tegang. (SCA STEERING COOMUTE, 2003).
Dalam konseling terlihat adanya pertalian dua orang individual yaitu konselor dan konseli melalui serangkaian wawancara dalam serangkaian pertemuan. Wawancara merupakan alat utama dalam keseluruhan konseling yang akan dilakukan.
1.2    Tujuan konseling
Menurut  Tyastuti (2008) tujuan konseling ada 3yaitu :
1.      Pemecahan masalah, meningkatkan efektifitas individu dalam pengambilan keputusan secara tepat
2.      Pemenuhan kebutuhan, menghilangkan peresaan yang menekan atau mengganggu
3.      Perubahan sikap dan tingkah laku

1.3    Langkah-langkah Konseling
Menurut Muhammad,S (2003) ada 3 langkah pokok konseling yang harus dilaksanakan yaitu :
1.      Pendahuluan, kontak pengumpulan data klien untuk mencari tahu penyebabnya
2.      Bagian inti/pokok, mencari jalan keluar dan menentukan jalan keluar yang ahrus dipilih
3.      Bagian akhir, penyimpulan dari seluruh aspek kegiatan dan merupakan tahap penutup untuk pertemuan berikutnya.
1.4    Fungsi konseling
Menurut Mc.Leod (2006) fungsi konseling adalah :
1.      Pencegahan : mencegah timbulnya masalah kesehatan
2.      Penyesuaian : membantu klien mengalami perubahan biologis, psikologis, kulturaldan lingkungan.
3.      Perbaikan : perbaikan terjadi bila ada penyimpangan perilaku klien
4.      Pengembangan : meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan derajat kesehatan.
1.5    Hal yang harus diperhatikan dalam konseling
Menurut Uripni (2003) hal yang harus diperhatikan dalam konseling adalah :
1.      Iklim psikologis, suasana percakapan : iklim psikologis, tindakan, perilaku, sikap dari orang lain yang mempunyai dampak terhadap diri kita. Contoh bidan otoriter kepada klien sehingga menghasilkan            feedback negatif.
2.      Sikap konselor (bidan) menurut “Ronger”, yaitu:
a.       Acceptance (Menerima)
Konselor menunjukkan sikap menerima, sehingga konseli tidak merasa ditolak, diacuhkan, didekte, tapi melainkan konseli merasa bahwa ia diterima sebagai dirinya sendiri. Terima buka dan apa adanya. Konselor memperhatikan tanpa pamrih, tanpa menguasai klien, tulus dan iklas. Konselor harus menghargai konseli apapun yang dikatakan konseli. Beri kesempatan pada klien untuk mengemukakan keluhan-keluhannya.
b.      Sikap tidak menilai
c.       Sikap percaya kepada konseli
3.      Alam pikiran dari konseli dilihat dari dalam diri konseli sendiri
4.      Situasi konseling, persamaan persepsi sampai mendapat pengertian
1.6    Teknik-teknik dalam konseling
Teknik-teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahapan-tahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor (Walgito Bari, 2010) Antara lain :
1.      Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat :
a.    Meningkatkan harga diri klien.
b.    Menciptakan suasana yang aman
c.    Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas.
2.      Empati
Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.
3.      Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya.
4.      Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam.
5.      Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau initi ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap konselor.
6.      Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka (opened question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien, jika dia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah.
7.      Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat.
Tujuan pertanyaan tertutup untuk :
a.       Mengumpulkan informasi
b.      Menjernihkan atau memperjelas sesuatu
c.       Menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh.
8.      Dorongan minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien.
9.      Interpretasi
Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
10.  Mengarahkan (Directing)
Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu.
11.  Menyimpulkan Sementara (Summarizing)
Yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas.
1.7    Proses konseling
Proses konseling terdiri dari 4 unsur kegiatan yaitu :
1.      Pembinaan hubungan baik (Rapport) : pembinaan hubungan baik dimulai sejak awal pertemuan dengan klien dan perlu dijaga seterusnya dengan:
a.       Memberi salam setiap pada awal pertemuan
b.      Memperkenalkan diri
c.       Menciptakan suasana nyaman dan aman
d.      Memberikan perhatian penuh pada klien (SOLER)
S   : Face Your Client Squarely (menghadap klien)  & smile/nod at client (senyum/ menganggukkan kepala
O  : Open and Non Judgemental Facial Expression (ekspresi muka menunjukkan siakap terbuka dan tidak menilai)
L  : Lean Towards Client (tubuh condong kearah klien)
E  : Eye Contact in a Culturally – Acceptable Manner ( Kontak mata/ tatap mata sesuai dengan cara yang diterima budaya setempat)
R  : Relexed and Friendly Manner ( Santai dan sikap bersahabat )
e.       Bersabar
f.       Tidak memotong pembicaraan klien
2.      Pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan perencanaan. Setelah mendapatkan dan memberikan cukup informasi sesuai dengan masalah dan kondisi klien, konselor membantu klien dalam memecahkan masalah yang dihadapi atau membuat perencanaan untuk mengatasi masalah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah :
a.       Fisik
b.      Emosional
c.       Rasional
d.      Praktikal
e.       Interpersonal
f.       Structural
3.      Menindaklanjuti pertemuan : menindaklanjuti pertemuan, konseling dengan membuat rangkuman, merencanakan pertemuan selanjutnya/merujuk klien
1.8    Faktor penghambat konseling
Faktor penghambat dalam konseling antara lain :
1.      Faktor individual ketertarikan budaya merupakan faktor individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari :
a.       Faktor fisik atau nkepekaan panca indra, usia dan seks;
b.      Sudut pandang terhadap nilai-nilai;
c.       Faktor sosial pada sejarah keluarga dan relasi, jaringan sosial, peran dalam masyarakat, status sosial;
d.      Bahasa
2.      Faktor yang berkaitan dengan interaksi
a.       Tujuan dan harapan terhadap komunikasi
b.      Sikap terhadap interaksi
c.       Pembawaan diri kepada orang lain
d.      Sejarah hubungan
3.      Faktor situasional
4.      Kompetensi dalam melakukan percakapan: komunikasi dikatakan efektif bila ada sikap perilaku kompeten dari kedua belah pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah :
a.       Kegagalan informasi penting
b.      Perpindahan topik bicara
c.       Tidak lancar
d.      Salah pengertian
(Tyastuti, 2008)
1.9      Hasil pelayanan konseling
Menurut Tyastuti (2008) harapan setelah dilaksanakan konseling adalah kemandirian klien dalam :
1.      Peningkatan kemampuan klien dalam mengenali masalah, merumuskan pemecahan masalah, menilai hasil tindakan dengan tepat
2.      Klien mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah kesehatan
3.      Klien merasa percaya diri dalam menghadapi masalah
4.      Munculnya kemandirian dalam pemecahan masalah kesehatan
Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan disini yaitu sebagai upaya untuk mebantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Tugas konselor adalah menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien.
Hubungan dalam konseling bersifat interpersonal. Terjadi dalam bentuk
wawancara secara tatap muka antara konselor dan klien. Hubungan
itu, melainkan
melibatkan semua unsur kepribadian yang meliputi: pikiran, perasaan,
pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan lain-lain. Dalam proses kedua
belah pihak hendaknya menunjukkan kepribadian yang asli. Hal ini dimungkinkan
karena konseling itu dilakukan secara pribadi dan hendaknya dalam suasana
rahasia.
Menurut norma atau patokan yang dipegang oleh Thorne, seseorang dikatakan berhasil dalam menjalani proses konseling bila ia mampu mengungkapkan perasaan-perasaan dan motif-motifnyacecara Lebih memadai. Dengan kriteria sebagai berikut:
-          Mampu mengatur dirinya sendiri dengan lebih baik
-          Memandang dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya secara lebih realistis
-          Mampu berpikir lebih rasional dan logis
-          Mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang lebih selaras dan konsisten yang satu dengan yang lain,  mengatasi penipuan diri dengan meninggalkan penggunaan berbagai mekanisme pertahanan diri
-          Menunjukkkan tanda-tanda lebih mampu mandiri dan bertindak secara dewasa.
(Mashudi Farid, 2012).
Keefektifan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan
antara konselor dengan kliennya. Dilihat
dari segi konselor, kualitas hubungan itu bergantung pada kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik konseling dan kualitas pribadinya.
Dari seluruh pengertian konseling yang ada dapat disimpulkan bahwa yang menjadi tujuan konseling adalah “mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan.